Ragam Bahasa
Seorang pakar bahasa Dendi Sugono (1989:10), membagi ragam bahasa berdasarkan cara berkomunikasi yaitu: (1) ragam lisan, dan (2) ragam tulis, cara pandang penutur yaitu: (1) ragam dialeg, (2) ragam terpelajar, (3) ragam resmi, dan ragam takresmi, dan topik pembicaraan yaitu: (1) ragam politik, (2), ragam hukum, (3) ragam pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
1. CARA BERKOMUNIKASI
Perbedaan ragam lisan dengan ragam tulisan
ü Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.
ü Rragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu, sedangkan ragam tulis tidak demikian.
ü Rragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya (lihat Felicia (2001 : 8)
1. Penggunaan Bentuk Kata
Ø Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
Ø Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
2. Penggunaan Kosa Kata
Ø Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
Ø Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.
3. Penggunaan Struktur Kalimat
Ø Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
Ø Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan:
a. memerlukan kehadiran orang lain;
b. unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap;
c. terikat ruang dan waktu;
d. dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
1. Penggunaan Bentuk Kata
Ø Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
Ø Apabila tidak sanggup,engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
2. Penggunaan Kosa Kata
Ø Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
Ø Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
3. Penggunaan Struktur Kalimat
Ø Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur
Ø “asah terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur daerah istimewa aceh.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis:
a. tidak memerlukan kehadiran orang lain;
b. unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
c. tidak terikat ruang dan waktu;
d. dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
2. CARA PANDANG PENUTUR
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Tak resmi.
a. Ragam Dialek
Ragam daerah atau dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bangasawan ditempat tertentu (lihat Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat. Logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada posisi awal nama-nama kota, seperti Bandung, Bayuwangi,atau realisasi pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya. Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat jelas; logat Indonesia orang Bali dan Jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
b. Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, seperti contoh dalam tabel berikut :
tidak terpelajar | terpelajar |
pilem | film |
komplek | komplek |
pidio | video |
pajar | fajar |
c. Ragam Resmi dan Tak Resmi
Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
a. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
b. Menggunakan imbuhan secara lengkap;
c. Menggunakan kata ganti resmi;
d. Menggunakan kata baku;
e. Menggunakan EYD;
f. Menghindari unsur kedaerahan.
2. Ragam Tak Resmi
Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi (lihat Keraf, 1991:6).
Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.
Ragam bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan- (lihat Sugono, 1998:12-13).
Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak muda adalah ragam bahasa santai atau takresmi.
3. CARA PANDANG PENUTUR
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa dibagi menjadi: ragam politik, ragam hukum, ragam pendidikan, ragam jurnalistik, dan Ragam sastra dan sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a) Ragam politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.
b) Ragam hukum
Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas. Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
c) Ragam jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers = media massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan multi media (internet). Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang disampaikannya.
Ragam-khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas. Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut.
ü Bahasanya padat bernas
ü Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan
ü Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya
ü Lebih banyak unsure pikiran daripada perasaan
ü Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan emosi
Tujuan utama ialah supaya pendengar atau pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan ialah jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya. Sedangkan kata-katanya terpilih sesuai dengan hal yang diberitakan dan golongan yang dituju.
Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan tingkat kecerdasan, kedudukan, keyakinan, dan pengetahuan. Selain itu, harus pula mudah dan lekas dapat dipahami. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika ragam jurnalistik harus ringkas dalam penuturan, padat isinya, dan sederhana bentuknya.
Bahasa dalam karya sastra yang baik, juga sangat mudah dipahami bahkan sangat enak dibaca. Yang benar, karya jurnalistik ada yang mudah dipahami (enak dibaca) dan ada pula yang sulit dipahami. Karya sastra pun demikian. Tulisan Pramudya, Rendra, Putu Wijaya dan Arswendo, sangat mudah dipahami dan enak dibaca. Sementara ada beberapa sasterawan yang karyanya memang sulit dibaca dan dipahami.
d) Ragam sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas diatas sering kesamaan satu sama lain dalam hal pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari)cenderung sama dengan raganm dialek, dan ragam takresmi; sedangkan ragam tulis (formal) cenderung sama dengan ragam resmi; dan ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar tentu mirip dengan ragam ilmu.
Dibawah ini akan diberikan contuh ragan-ragam tersebut. Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan ragam nonilmu demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri. Kecuali ragam ilmu, contoh ragam yang berdasarkan topik pembicarakan tidak diberikan disini.
Lisan : Sudah saya baca buku itu.
Tulis : Saya sudah membaca buku itu.
Dialek : Gue udah baca itu buku.
Terpelajar : Saya sudah membaca buku itu
Resmi : Saya sudah membaca buku itu
Takresmi : Sudah saya baca buku itu.
Source: http://yudhy91handsomemale.blogspot.com/2010/07/ragam-bahasa.html