Mencari

Selasa, 28 September 2010

Top 10 Tips for an Effective Advertising Campaign

The goal of advertising is to cost-effectively reach a large audience and attract customers. If done correctly, advertising can enhance the success of your business. Here are 10 advertising tips to pay attention to:

  1. Go after your target audience. An advertising campaign should be geared to your niche market. It is a common mistake to create generic ads that do not speak the language or grab the attention of your potential customers. For more information, read How to Identify and Reach Niche Markets for Your Business.
  2. Highlight your competitive advantage. One of the keys to all advertising is to accentuate the pros of your company, those factors that give you your competitive edge. Too many ads are clever but fail to sell the benefits of the product or service.
  3. Establish an image. You can recognize the McDonald's arches while whizzing by on the highway. Likewise, there are plenty of products that you recognize by their packaging or logo. Image counts when it comes to advertising and promoting your business. Too many advertisers do not work to build a consistent image. Check out Three Brand Identity Myths That Will Bring Your Business Down for additional issues to avoid.
  4. You have to spend money to make money. There are ways to save money, but typically advertising is not the place to cut corners. It will affect sales, and that affects the bottom line. Successful advertising may cost some money, but that is because it works. Check out More Bang for Your Advertising Buck for cost-cutting tips that won't cut your goals.
  5. Advertise in the right places. Your favorite magazine, radio station, or even television program might not be a favorite of your audience. Know what they read, watch, and listen to, and advertise in media that reaches your target market.
  6. Don't allow your budget to run your advertising campaign. If you budget $5,000 per month for advertising, you've made it very easy from a bookkeeping perspective. However, if like most businesses you have seasonal highs and lows, you are spending too much money advertising during down times and not enough when you want to attract customers. Too many entrepreneurs do not budget according to their seasonal advertising needs.
  7. Diversify. It is all too common for business owners to choose the best place to advertise based on price and potential rate of returns and then stop. As is the case with investing, you do not want to put all of your eggs in one basket. Spread your advertising dollars around.
  8. Don't try to be everything to everyone. No product or service will appeal to everyone. Many business owners, including corporate executives, try to come up with ways to reach every market. Typically, this does not work. It can spell disaster for small businesses, who cannot afford to spread themselves too thin. Therefore, find your market and be everything you can be to that audience.
  9. Test your ads in advance. If you have the time or money to invest in focus groups, you should test your ads on other people. Do they understand and accept the message that you are trying to convey? For further information, read Focus Groups: How They Can Work for Your Small Business. There are other less-expensive ways to test your ads as well: questionnaires, for example. The article Creating Questionnaires for Gathering Market Research can be helpful.
  10. Monitor your ads. It is very easy to ask new customers or clients where they heard about you. As simple as this is, many entrepreneurs do not bother to do so. It is advantageous to know which ads generate business.

source : http://www.allbusiness.com/marketing/advertising/3983-1.html

Senin, 27 September 2010

Ragam Bahasa

Ragam Bahasa

Seorang pakar bahasa Dendi Sugono (1989:10), membagi ragam bahasa berdasarkan cara berkomunikasi yaitu: (1) ragam lisan, dan (2) ragam tulis, cara pandang penutur yaitu: (1) ragam dialeg, (2) ragam terpelajar, (3) ragam resmi, dan ragam takresmi, dan topik pembicaraan yaitu: (1) ragam politik, (2), ragam hukum, (3) ragam pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.

1. CARA BERKOMUNIKASI

Perbedaan ragam lisan dengan ragam tulisan

ü Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.

ü Rragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu, sedangkan ragam tulis tidak demikian.

ü Rragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.

Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya (lihat Felicia (2001 : 8)

1. Penggunaan Bentuk Kata

Ø Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.

Ø Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.

2. Penggunaan Kosa Kata

Ø Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.

Ø Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.

3. Penggunaan Struktur Kalimat

Ø Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.

Ø Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan:

a. memerlukan kehadiran orang lain;

b. unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap;

c. terikat ruang dan waktu;

d. dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

1. Penggunaan Bentuk Kata

Ø Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.

Ø Apabila tidak sanggup,engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.

2. Penggunaan Kosa Kata

Ø Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.

Ø Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.

3. Penggunaan Struktur Kalimat

Ø Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur

Ø “asah terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur daerah istimewa aceh.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis:

a. tidak memerlukan kehadiran orang lain;

b. unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;

c. tidak terikat ruang dan waktu;

d. dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.


2. CARA PANDANG PENUTUR

Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Tak resmi.

a. Ragam Dialek

Ragam daerah atau dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bangasawan ditempat tertentu (lihat Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat. Logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada posisi awal nama-nama kota, seperti Bandung, Bayuwangi,atau realisasi pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat daerah paling kentara karena tata bunyinya. Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat jelas; logat Indonesia orang Bali dan Jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.

b. Ragam Terpelajar

Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, seperti contoh dalam tabel berikut :

tidak terpelajar

terpelajar

pilem

film

komplek

komplek

pidio

video

pajar

fajar

c. Ragam Resmi dan Tak Resmi

Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.

1. Ragam resmi

Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.

Ciri-ciri ragam bahasa resmi :

a. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;

b. Menggunakan imbuhan secara lengkap;

c. Menggunakan kata ganti resmi;

d. Menggunakan kata baku;

e. Menggunakan EYD;

f. Menghindari unsur kedaerahan.

2. Ragam Tak Resmi

Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi (lihat Keraf, 1991:6).

Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.

Ragam bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan- (lihat Sugono, 1998:12-13).

Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak muda adalah ragam bahasa santai atau takresmi.


3. CARA PANDANG PENUTUR

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa dibagi menjadi: ragam politik, ragam hukum, ragam pendidikan, ragam jurnalistik, dan Ragam sastra dan sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a) Ragam politik

Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.

b) Ragam hukum

Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas. Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.

c) Ragam jurnalistik

Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers = media massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan multi media (internet). Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang disampaikannya.

Ragam-khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas. Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut.

ü Bahasanya padat bernas

ü Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan

ü Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya

ü Lebih banyak unsure pikiran daripada perasaan

ü Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan emosi

Tujuan utama ialah supaya pendengar atau pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan ialah jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya. Sedangkan kata-katanya terpilih sesuai dengan hal yang diberitakan dan golongan yang dituju.

Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan tingkat kecerdasan, kedudukan, keyakinan, dan pengetahuan. Selain itu, harus pula mudah dan lekas dapat dipahami. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika ragam jurnalistik harus ringkas dalam penuturan, padat isinya, dan sederhana bentuknya.

Bahasa dalam karya sastra yang baik, juga sangat mudah dipahami bahkan sangat enak dibaca. Yang benar, karya jurnalistik ada yang mudah dipahami (enak dibaca) dan ada pula yang sulit dipahami. Karya sastra pun demikian. Tulisan Pramudya, Rendra, Putu Wijaya dan Arswendo, sangat mudah dipahami dan enak dibaca. Sementara ada beberapa sasterawan yang karyanya memang sulit dibaca dan dipahami.

d) Ragam sastra

Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.

Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas diatas sering kesamaan satu sama lain dalam hal pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari)cenderung sama dengan raganm dialek, dan ragam takresmi; sedangkan ragam tulis (formal) cenderung sama dengan ragam resmi; dan ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar tentu mirip dengan ragam ilmu.

Dibawah ini akan diberikan contuh ragan-ragam tersebut. Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan ragam nonilmu demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri. Kecuali ragam ilmu, contoh ragam yang berdasarkan topik pembicarakan tidak diberikan disini.

Lisan : Sudah saya baca buku itu.

Tulis : Saya sudah membaca buku itu.

Dialek : Gue udah baca itu buku.

Terpelajar : Saya sudah membaca buku itu

Resmi : Saya sudah membaca buku itu

Takresmi : Sudah saya baca buku itu.


Source: http://yudhy91handsomemale.blogspot.com/2010/07/ragam-bahasa.html

Kamis, 23 September 2010

Tugas Pertama di Hari Kedua Kuliah

Well, hari selasa kemarin adalah hari kedua gue masuk kuliah. Berhubung hari pertama kemarin biasa-biasa aja (satu dosen nggak dateng dan satu dosen lagi nyantai) gue berharap hari ini juga seperti kemarin haha XD

But, i'm wrong. Gue masuk kelas jam setengah sembilan dan keluar jam setengah 6 -,-
gilaaaa~~ full !
Mata kuliah pertama yaitu Menyimak (red: Reading). Untuk yang satu ini lancar lahh. Dosen cuma memperkenalkan diri, menginformasikan tentang tata tertib di pelajaran beliau dan bla bla bla.


Lanjut, kita belajar Kosa Kata dengan pembimbing pak ROMEL NOVERINO. Hmm, dari pertama dosen ini ngomong gue udah yakin, ini orang bakal jadi dosen favorite gue. Ngajarnya seru dan cara beliau berinteraksi dengan siswa bikin kita yang ikut pelajarannya jadi nggak merasa bosen. Gaya beliau yang gue suka adalah pada saat beliau ngasih penawaran pada kita.
contoh :
"pada mata kuliah saya, saya tidak mau mendengar anda berbicara dalam bahasa Indonesia. Siapa yang melanggar akan didenda 100 rupiah setiap kali melakukan kesalahan. Setuju? Setuju.."
hahaha please deh pak, nanya sih jawab sendiri. Itu yang selalu beliaa katakan ketika sedang melakukan pewawaran pada siswa-siswanya. Setuju?? Setuju.

Terakhir, tetep yaa ada aja embel - embelnya. You know what? yang bisa jawab gue kasih tepuk tangan. haha.. Yup, beliau ngasih tugas. Ini dia tugasnyaa [tugas]. Gue belum tau isinya karena belum dibaca XDD


Kita lanjut lagi ke mata kuliah terakhir, tersore, ternyapein. Bayangin aja dari kampus E kita moving ke kampu G -,-
karena kalo naik angkot nanggung, akhirnya gue sama temen-temen buat jalan kaki aja. Capek-capek deh..

Sesampainya dikelas, dosennya langsung dateng! Hahh?! Kita baru sampai dengan wajah pucat pasi dan keringat bercucuran dimana-mana gara-gara jalan tapi untungnya kita dikasih waktu buat ngaso dulu.

Waktu berlalu begitu lamaaa..
Tik tok tik tok, kerjaan gue cuma ngeliatin jam jam dan jam. Entah mengapa di pelajaran kali ini, gue ngeras bosen bangettt. Alasannya pertama karena pelajarannya "Bahasa Indonesia". Bukannya gue nggak cinta Indonesia, tapi gue kurang suka aja ni pelajaran dari dulu. Kedua, dosen gue kali ini ajaibb loohh.. Bayangin baru pertemuan pertamuan kita udah myampe bab 2! Hebat nggak tuhh..

Sayangnya dari pertama si dosen jelasin tentang pelajarannya, mata gue berasa lampu yang lama udah nggak diganti, redup. Maaf yaa buat bu dosen *sembah sujud* tapi cara Anda mengajar sungguh membuat kami mengantuk. Akhirnya tiba juga dipenghujung acara *berasa acara TV*.

Dari tingkahnya, beliau mau ngasih tugas nih. Ehhh, bener aja tuh, belum juga gue mingkem. Tugasnya suruh menjelaskan tentang Ragam Bahasa, kaia pengamatan gtu dehh.
Satu lagi yang bikim bete, gue kepilih buat presentasi tentang tugas ini.

Kalian tau, hanya orang-orang terpilih yang bisa maju presentasi ini. Bayangin, dari 42 siswa dikelas gue salah satu dari 5 orang yang bakal maju presentasi. Dan sekarang gue bingung harus gemana. Kalian tau kan *temen-temen SMA gue* kerjaan gue kalo bikin laporan yaa kalo nggak ngeprint ya negjilid. haha How lazy am i..

Pulang nyampe rumah gue tepar, betis berasa abis lari maraton 42km. Pegeeeell bangeeettt~
Hari ini, menyebalkan -,-
gue nggak suka tugas Bahasa Indonesia itu. Tapi gue berharap dengan ibu dosen itu ngasih gue tugas, gue bisa belajar lebih mandiri untuk bisa ngebuat setiap tugas-tugas gue by myself...
SEMANGAAATTT!!!
Hwaiting~ Ganbatte~



Selasa, 21 September 2010